Senin, 21 September 2009

Macet? Coba check, apa karena "bottle neck"?

Kemacetan seringkali timbul karena keadaan jalanan itu sendiri bikin masalah. Contoh yang paling umum adalah penyempitan jalan, yang lazim disebut dengan "bottle neck". Botol berbadan besar dengan leher yang kecil tentu akan mengakibatkan air di dalamnya sulit untuk keluar, bahkan seringkali mengakibatkan gelembung-gelembung udara yang makin menyulitkan air itu keluar. Hal yang sama dapat kita temukan di jalanan yang menyempit.

Mari kita perhatikan keadaan di Jl. Lada, Jakarta Kota. Jalan itu bermula sebagai Jl. Pos Kota, dari arah utara ke selatan. Setelah pertemuan dengan Jl. Ketumbar yang datang dari arah timur, jalan itu menjadi Jl. Lada. Lalu jalan itu bertemu dengan Stasiun Kota sehingga harus berbelok ke kanan (ke arah barat) dan menjadi Jl. Stasiun Kota. Titik di mana Jl. Lada berbelok menjadi Jl. Stasiun Kota selalu terjadi kemacetan yang sangat parah.



Kalau diteliti, hal itu terjadi karena terjadinya bottle neck di daerah itu. Dari foto di atas ini jelas tampak bahwa jalanan berlajur ... (coba hitung berapa) yang dipadati paling tidak  ... (coba hitung berapa) baris kendaraan, tiba-tiba harus berbelok dan melebur menjadi jalanan berlajur  ... (coba hitung berapa) yang dipadati  ... (coba hitung berapa) baris kendaraan. Untuk membuat tiap kendaraan mau mengalah masuk ke lajur yang lain karena penyempitan jalan/pengurangan lajur, membutuhkan waktu. Keadaannya sekarang diperparah dengan adanya lajur busway/TransJakarta.

Sebenarnya solusinya untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi kemacetan di sini cukup mudah. Tapi mengapa hal ini tidak dapat diatasi para traffic engineer kita? Mungkin pendekatan mereka terlalu mengandalkan kalkulator. Padahal pendekatan visual langsung mengidentifikasi masalah dan solusinya pun bisa tampak.

Ayo, mau tebak atau kasih usul bagaimana kita bisa mengatasinya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar